Feeds:
Pos
Komentar

Archive for the ‘Pengalaman’ Category

Semburat fajar itu kemudian merekah merah di atas sisa-sisa erupsi, dingin udara yang membandel menembus 3 lapis jaket seolah tak terasa, terganti oleh keindahan ayat-ayat kauniah-Nya, and here i’m! Bromo! didominasi oleh 85% wisatawan asal mancanegara sudah cukup menjadi postulat tentang keindahan alam Tengger, dan psstt.. kalo anda perhatikan salah satu scene foto yang diambil dari atas tangga, ada seorang jilbaber di sebelah kiri sedang mengabadikan alam bromo dengan HP-nya, asal tahu aja dia berasal dari Jerman 🙂 (gak penting banget)

Read Full Post »

Selasa, 6 Maret 2012 kemarin saya dan beberapa teman berkesempatan untuk menonton film Negeri 5 Menara di salah satu bioskop di Yogyakarta. Selain karena penasaran akan isi cerita dari film yang disebut-sebut sedikit berbeda dengan versi novelnya (begitu yang dipaparkan oleh sang penulis novel dalam acara di stasiun televisi swasta pagi harinya), momen tersebut juga akan saya gunakan untuk sedikit bernostalgia tentang masa-masa “prihatin” dahulu di pesantren.

Tak diduga, kami bertemu beberapa kawan yang bisa dikatakan aktif di kegiatan kampus di lobbi bioskop. Hipotesis awal saya mengatakan bahwa mereka-mereka ini sedang mencari dorongan semangat untuk menyelesaikan skripsi mereka yang tak kunjung usai. Maklum, sebagian besar diantaranya sudah duduk di semester 10. Dan film Negeri 5 Menara dengan mantra terkenalnya “Man Jadda wa Jadda” agaknya cukup untuk dijadikan sebagai sebuah faktor pendorong. Di samping itu, agak terkejut pula saya melihat banyaknya animo masyarakat yang ingin menonton film yang sama. Pemandangan yang mungkin berbeda seandainya saat itu saya berada di Surabaya di bioskop dengan merk yang sama.

Akhirnya film pun diputar tepat pukul 20.20. Harapan saya untuk sedikit bernostalgia mengenang masa-masa di pesantren lumayan dapat terobati. Hampir semua plot cerita dalam film tersebut pernah saya alami, tentunya di lokasi yang berbeda. Alif Fikri dan saya sama-sama merasa terzalimi ketika harus memasuki dunia baru (baca:pesantren). Ehm, lulus SMP paling favorit di Sidoarjo, sebenarnya secara de facto dan de jure saya sudah bisa dipastikan masuk ke SMA paling favorit pula di Sidoarjo. Adegan berikutnya sudah dapat anda tebak sendiri. Namun paling tidak ada sejumlah kesamaan yang ada di antara kami berdua, saya dan Alif Fikri (sok akrab) di luar impian kami sedari kecil yang sama-sama ingin memasuki kampus ITB, tentunya dengan cerita yang lebih konyol bin ajaib, yakni sebagai berikut: (lebih…)

Read Full Post »

Adian Husaini pernah mengatakan dalam salah satu tulisannya, para pelaku dakwah dapat dibedakan menjadi 3 tipe. Tipe pertama adalah tipe penceramah. Mereka yang termasuk ke dalam golongan ini adalah mereka-mereka yang memiliki kemampuan lebih dalam retorika, namun minim karya tulis ilmiah. Tipe kedua kebalikan dengan tipe yang pertama, yakni tipe wartawan. Mereka tidak memiliki kelebihan dalam retorika public, namun mempunyai keunggulan dalam menghasilkan karya-karya tulis ilmiah. Sedangkan tipe yang ketiga adalah kombinasi di antara keduanya.

Jujur saja  saya merasa bingung harus dimasukkan ke tipe yang mana nama saya. Kemampuan orator tidak punya. Karya tulis pun hanya bisa kuhasilkan secara berkala, kala-kala terbit, kala-kala pula tidak. Apalagi dengan kombinasi keduanya.

Dengan kondisi yang seperti itu, saya sempat agak khawatir ketika harus mendapatkan amanah di bulan Ramadhan 1432H kemarin. Awalnya karena sudah bosan dengan suasana ramadhan di kampus, saya memberanikan diri untuk mendaftar menjadi sukarelawan dalam kepanitiaan pesantren kilat SD-SMP-SMA di Yogyakarta. Tidak ada dalam benak pikiran saya kalau nantinya saya bakal diplot untuk menjadi salah satu tenaga pengajar. Maka ketika panitia menunjuk saya dan beberapa ikhwah lainya dari UGM untuk menjadi pengajar, saya sempat merasa cemas. Apalagi yang harus saya ajar adalah teman-teman  SMA 3 Yogyakarta yang terkenal cerdas dan kritis (ehm… walaupun sejatinya saya lebih cerdas di atas mereka). But the show must go on. Jangan lari dari kenyataan, begitulah kata hati saya. (lebih…)

Read Full Post »